Dahulunya Terbuang Kini Dapat Dimanfaatkan

Mengolah Limbah Sabut Kelapa Menjadi Produk Bernilai Ekonomis Dalam Pembinaan Masyarakat

Masyarakat binaan di Kampung Isenebuai pada umumnya memanfaatkan sabut kelapa sebatas bahan bakar dan media tanam anggrek yang sederhana saja. Namun ternyata sabut kelapa dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk yang tentunya lebih bernilai jual. Dengan melihat kondisi tersebut Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC) pada 28-29 Juni 2022 melakukan kegiatan Peningkatan Kapasitas Kelompok Masyarakat Binaan di BPTN Wilayah III Yembekiri tepatnya Kampung Isenebuai, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat.

Disambut antusias oleh pemerintah kampung Isenebuai dalam hal ini maupun kelompok masyarakat binaan yang hadir sebagai peserta. Dalam kata sambutannya bapak Kepala Kampung Isenebuai Derek B. Kayukatui menyambut antusias kegiatan ini. “Pelaksanaan kegiatan ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi kelompok masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan bahwa sabut kelapa yang selama ini merupakan limbah ternyata dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi produk untuk menambah pendapatan ekonomi mereka”. Derek B. Kayukatui juga mengharapkan kelompok masyarakat yang hadir tidak hanya sebagai pendengar namun juga sebagai pelaku, sehingga dapat mengulangi kembali ilmu yang diperoleh dirumah masing-masing.

Proses penyisiran sabut kelapa
Proses pengayakan sabut kelapa untuk memisahkan cocopeat dan cocofiber

Proses pembuatan pot cocofiber

Charly Bravo Wanggai sebagai narasumber dari tenaga professional yang berkompetensi dalam pemanfaatan limbah sabut kelapa, dalam pemaparannya menjelaskan bahwa Proses penghancuran/penyisiran sabut kelapa dapat menghasilkan “cocopeat“ dan “cocofiber”. Cocopeat adalah media tanam pengganti tanah bertekstur serbuk halus, sedangkan cocofiber adalah serat sabut kelapa yang kemudian dapat dimodifikasi menjadi pot cocofiber sebagai media tanam bunga anggrek yang tentunya lebih bernilai ekonomis. Peserta juga diberikan praktik pembuatan cocopeat dan pot cocofiber.

Tanaman kelapa merupakan tanaman asli daerah tropis dan dapat ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari daerah pesisir pantai hingga daerah pegunungan yang agak tinggi (Negosino, 2003). Pemanfaatan kelapa oleh kelompok masyarakat binaan Kampung Isenebuai cukup tinggi, masyarakat biasa mengolah bagian kopra kelapa menjadi VCO (Virgin Coconut Oil) untuk dijual. Pemanfaatan kopra kelapa tentu saja menghasilkan limbah diantaranya sabut kelapa.

Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) merupakan taman nasional perairan laut terluas di Indonesia, dengan luas kawasan mencapai 1.453.500 Ha, terdiri dari luas daratan pesisir pantai (pulau induk) sebesar 12.400 ha (0.9 %) dan luas daratan pulau sebesar 55.800 ha, sedangkan luas lautan/perairan sebesar 1.305.000 ha (89,9%) dengan luas terumbu karang 80.000 ha (5,5 %). Pulau-pulau di dalam kawasan TNTC didiami oleh masyarakat yang telah hidup secara turun-temurun. Pemukiman mereka tersebar di sepanjang pesisir dan pulau-pulau di dalam kawasan dan luar kawasan (daerah penyangga). Masyarakat ini memiliki pranata sosial dan kearifan budaya yang beragam dan khas. Guna meningkatkan partisipasi masyarakat di dalam kawasan dan luar kawasan (daerah penyangga), perlu dilakukan beragam kegiatan yang memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat secara aktif dan berkesinambungan dalam mengelola kawasan TNTC. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta keterampilan masyarakat dalam mengolah limbah sabut kelapa menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomis, sehingga nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Gambar media tanam cocopeat dan pot cocofiber yang berhasil dibuat oleh peserta

Oleh: Friska Gressia Sianturi, S.Hut / Penyuluh Kehutanan Ahli Pertama

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *