Training of Trainer Pendidikan Lingkungan Hidup

Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) merupakan salah satu taman nasional laut di Indonesia yang memiliki fungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan. Dengan luas kawasan mencakup 1.453.500 hektar, dimana 68.000 hektarnya merupakan daratan yang meliputi 12.400 hektar pesisir pantai dan 55.800 hektar daratan pulau, serta 80.000 hektar terumbu karang, serta luas lautan 1.305.500 hektar: TNTC merupakan areal penting dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Upaya konservasi untuk melindungi sistem penyangga kehidupan perlu dilakukan. Banyaknya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TNTC (termasuk dalam desa penyangga) tentu berperan penting dalam melakukan upaya konservasi. Oleh karena itu, perlu diberikan pengetahuan atau pendidikan terkait dengan konservasi, salah satunya dengan pendidikan lingkungan hidup (PLH).

Pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama , baik secara individu maupun secara kolektif, untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru (UNESCO, Deklarasi Tbilisi, 1977). Pendidikan Lingkungan Hidup adalah salah satu perwujudan dari UU no. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup terutama pasal 65 ayat 2 bahwa salah satu hak masyarakat adalah mendapatkan pendidikan lingkungan hidup.

Selain masyarakat yang harus dibekali pendidikan lingkungan hidup, tenaga pengajar pendidikan lingkungan hidup juga perlu diberikan pelatihan.  Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih bekerja sama dengan Conservation International Indonesia menyelenggarakan kegiatan “Training of Trainer Pendidikan Lingkungan Hidup” di Hotel Valdos, Manokwari pada 8 – 11 Februari 2022. Peserta dari kegiatan ini adalah 17 staff fungsional TNTC, satu kader konservasi Aisandami, dan 2 orang dari LPPM UNIPA. Kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi peserta kegiatan dalam mengembangkan pendidikan konservasi sebagai bagian dari sistem pendidikan di TNTC; memberikan ilmu pengetahuan dan pemahaman kepada peserta kegiatan tentang ekosistem yang ada di dalam kawasan TNTC, termasuk biologi fauna yang ada, serta hubungan yang terjadi dalam keseimbangan ekologi dan jaringan kehidupan yang lestari; melatih peserta kegiatan untuk mengidentifikasi, memahami, dan memberikan solusi terhadap persoalan dan hubungannya dengan kelestarian wilayah TNTC; serta membangun motivasi dan partisipasi dari peserta kegiatan untuk terlibat aktif dalam kegiatan konservasi dan pelestarian lingkungan di wilayah TNTC.

Peserta diberikan pembekalan tentang apa itu PLH, pentingnya PLH, dan dilatih bagaimana menyampaikan materi PLH kepada anak-anak usia dini. Materi yang digunakan dalam PLH berasal dari modul “Kalabia” yang dikembangkan oleh Yayasan Kalabia Indonesia dan CI Indonesia dengan sasaran anak-anak. Materi didalamnya mencakup ekosistem, jaring-jaring kehidupan, terumbu karang, pulau pasir, dan sampah. Peserta diberikan kesempatan untuk mempelajari materi dalam modul dan mengembangkan materi yang akan disampaikan.

Penjelasan Materi dan Bedah Modul

Selanjutnya, peserta melakukan simulasi dalam kelas pelatihan untuk menjelaskan materi yang telah dipilih. Sebagian besar peserta ada yang belum pernah melakukan sosialisasi kepada anak-anak sehingga masih ada yang grogi dalam penyampaian materi, namun penguasaan materi sudah cukup baik. Setelah melakukan simulasi mengajar, fasilitator dari CI Indonesia dan peserta lain memberikan masukan mengenai cara penyampaian materi untuk diperbaiki saat praktek di lapangan.

Simulasi Penyampaian Materi

Pada hari ketiga, peserta melakukan praktek mengajar di SMPN 1 Manokwari, SDN 2 Amban, dan SDN 44 Amban. Adapun materi yang disampaikan adalah terkait ekosistem mana yang cocok, kenali karangku dan waktu makan karang, serta sampah. Penyampaian materi secara langsung kepada anak-anak lebih mudah dibandingkan dengan saat simulasi di kelas. Dalam menyampaikan materi di SMPN 1 Manokwari, siswa sangat antusias dan interaktif. Sebagian besar siswa sudah mengerti tentang materi-materi yang disampaikan dan sudah mengenali istilah-istilah yang dijelaskan. Penyampaian materi lebih banyak dibandingkan dengan melakukan game/permainan. Sedangkan saat mengajar di SDN 2 Amban dan SDN 44 Amban, penyampaian materi harus dengan bahasa yang sangat sederhana, sehingga mereka mengerti apa yang disampaikan. Selain itu, penjelasan materi secara singkat dan lebih banyak untuk bermain game.

Praktek Mengajar

Setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai, Bertha Matatar dari CI Indonesia sebagai fasilitator menyampaikan harapannya setelah mengikuti kegiatan ini peserta dapat memperdala materi dalam modul dan mengembangkannya, serta melanjutkan mengajar di wilayah kerja masing-masing. Kemudian kegiatan ditutup oleh Plh Kepala Balai Besar, Hernowo Supriyanto, S.Hut, M.P, “Ini bukan akhir kegiatan, namun awal untuk menularkan ilmu yang disampaikan kepada staff lainnya. Harapannya peserta kegiatan ini menyampaikan dan mengajarkan ilmu kepada teman-teman dan senior staff yang lain, walaupun mereka memiliki pengalaman di lapangan lebih banyak. Anggap pelatihan sebagai dasar menjadi manusia yang lebih kredible, sistematis, dapat menganalisa, serta rajin berkomunikasi kepada masyarakat di wilayah.”

Foto Bersama Pengajar dan Siswa

Oleh : Ganis Citra Purmadewi, S.Hut / PEH Pertama

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *